MAKALAH
PENGANTAR PENDIDIKAN
(Pendidikan Kejuruan)
OLEH
KELOMPOK 1
1329042067
Btari Reski Lisyiani
1329041077
Muh.Faisal
1329040064 St.Husna Isnaeni HL
PRODI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS
TEKNIK
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini
sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih
pada Dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami
sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Pendidikan
Kejuruan.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga
makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.
Makassar, 29 Maret
2015
Penyusun
Penyusun
Kelompok 1
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan merupakan faktor utama
dalam pembentukkan pribadian manusia. Pendidikan
sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut
ukuran normatif. Menyadari akanhal tersebut, pemerintah sangat serius menangani
bidang pendidikan,sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi
penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Reformasipendidikan
merupakan respon terhadap perkembangan tuntutan globalsebagai suatu upaya untuk
mengadaptasikan sistem pendidikan yangmampu mengembangkan sumber daya manusia
untuk memenuhituntutan zaman yang sedang berkembang. Melalui
reformasipendidikan, pendidikan harus berwawasan masa depan yangmemberikan
jaminan bagi perwujudan hak-hak azasi manusia untukmengembangkan seluruh
potensi dan prestasinya secara optimal gunakesejahteraan hidup di masa depan.
Guru adalah salah satu unsur
manusia dalam proses pendidikan. Dalam proses
pendidikan di sekolah, guru memegang tugas gandayaitu sebagai pengajar dan
pendidik. Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah
bahan pelajaran ke dalam otak anak didik,sedangkan sebagai pendidik guru
bertugas membimbing dan membinaanak didik agar menjadi manusia susila yang
cakap, aktif, kreatif, dan mandiri. Djamarah berpendapat
bahwa baik mengajar maupun mendidik merupakan tugas dan
tanggung jawab guru sebagai tenaga profesional. Oleh sebab itu, tugas yang berat
dari seorang guru inipada dasarnya hanya dapat dilaksanakan oleh guruyang
memilikikompetensi profesional yang tinggi.
Pendidikan dalam arti luas adalah hidup ( segala pengalaman di berbagai
lingkunganyang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi
perkembangan individu )Cuntohnya saat seorang anak tertarik dengan nyala api
yang membara, ia memegangnya,merasakan panas dan berdasarkan pengalaman itu
akhirnya ia selalu berhati-hati apabilamenghadapi/menggunakan api. Sedangkan Dalam arti sempit,
pendidikan dalam prakteknya identik dengan penyekolahan( schooling ) yaitu
pengajaran formal di bawah kondisi-kondisi terkontrol.dalm artisempit
pendidikanhanya berlangsung bagi mereka yang menjadi siswa pada suatu
sekolahatau mahasiswa pada suatu perguruan tinggi ( lembaga pendidikan formal
). Pendidikan berlangsung di sekolah atau di dalam lingkungan tertentu
yang di ciptakan secara sengajadalam konteks kurikulum sekolah yang
bersangkutan.
Jadi kesimpulannya,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkansuasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya danmasyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga
sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian
pengetahuan, pertimbangan dankebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan
adalah untuk mengajar kebudayaanmelewati generasi.
B. Masalah atau Topik
1. Apa
yang dimaksud dengan pendidikan
kejuruan
?
2. Apa Tujuan pendidikan kejuruan ?
3. Bagaimana Hakikat atau hiraki dari pendidikan kejuruan ?
4. Apa Fungsi dari pendidikan kejuruan ?
5. Apa tuntutan pendidikan kejuruan ?
C. Tujuan
Agar kita
sebagai mahasiswa dapat mengetahui apakah sebenarnya jaringan komputer itu. Serta bagaimana cara membuat atau
mengelola hardware pembentuk jaringan komputer
dengan benar agar sesuai dengan hasil yang kita inginkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN PENDIDIKAN KEJURUAN
Pendidikan Kejuruan menurut
Rupert Evans (1978) mendefinisikan bahwa pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistim pendidikan yang mempersiapkan
seseorang agar lebihmampu berkerja pada suatu kelompok pekerjaan atau
satu bidang pekerjaan daripada bidang bidang perkerjaan lainnya
Sedangkan
menurut Undang – Undang No.20 tentang Sistim Pendidikan Nasional :Pendidikan kejuruan
merupakan pendidikan yang mempersiapkan perserta didik untuk
dapat berkerja dalam bidang tertentu. Atau yang lebih spesifik dalam
Peraturan Pemerintah No.29 tahun 1990
tentang pendidikan menengah yaitu : pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan
kemampuan siswa untuk pelaksanaan jenis pekerjaan tertentu. Dari defenisi di atas dapat
disimpulkan pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta
didiknya untuk memasuki lapangan kerja.
B. HAKEKAT PENDIDIKAN KEJURUAN
Pada hakekatnya arah
pendidikan ada 3 stream:
1. Education for Democracy (John Dewey), aliran democracy “pendidikan sebagai sarana
demokrasi” Pendidikan bersifat umum, siswa mengikuti pendidikan tidak
ditargetkan untuk menjadi tukang yang slap kerja, tetapi untuk mengetahui dan
memahami apa yang terjadi di lingkungannya. Siswa diperkenalkan dengan masalah
baru dan dilatih menyelesaikan. Siswa mampu mengembangkan kemampuan, mencari
alternative melanjutkan pendidikan atau bekerja, pemecahannya dan berani untuk
mengambil keputusan (Pendidikan umum).
2. Education for earning money for irfe (Charles Prosser),
aliran social efficiency pendidikan
bagi para siswa yang ingin mengembangkan karier untuk bekerja setelah lulus.
Mempersiapkan siswa untuk bekerja setelah lulus (Pendidikan kejuruan).
3. Education for all (Paulo Freire) konsep
“Life long education” (pendidikan
seumur hidup). Pendidikan Luar Sekolah, pendidikan ditunjuk bagi minoritas,
bagi mereka yang tidak mendapatkan kesempatan melalui pendidikan formal.
Mengacu pada hakekat pendidikan di atas maka dapat di simpulkan bahwa pendidikan
kejuruan merupakan :
1.
Education
for employment
(Pendidikan untuk pekerjaan) siswa
mengikuti pendidikan ditargetkan untuk menjadi pribadi yang siap kerja, dan
untuk mengetahui serta memahami apa yang terjadi di lingkungannya. Siswa
diperkenalkan dengan masalah baru dan dilatih untuk menyelesaikan. Siswa mampu
mengembangkan kemampuan, mencari alternatif melanjutkan pendidikan atau
bekerja, pemecahannya dan berani untuk mengambil keputusan dalam lingkungan
pendidikan sebagai pekerjaannya.
2.
Education
for employability
(Pendidikan untuk kelayakan kerja) siswa
mengikuti pendidikan ditargetkan untuk menjadi tenaga kerja ahli yang
profesional, berdedikasi, mengetahui dan memahami serta merespon dengan cepat
apa yang terjadi di lingkungannya. Siswa diperkenalkan dengan masalah baru dan
dilatih untuk menyelesaikan, juga mampu mengembangkan sendiri kemampuannya,
mencari alternatif pekerjaan, serta pemecahannya untuk berani mengambil
keputusan dengan cepat.
3.
Education
for self-employment
(Pendidikan untuk mempekerjakan diri
sendiri) siswa mengikuti pendidikan ditargetkan untuk menjadi usahawan, dan
untuk mengetahui, memahami serta membaca peluang usaha yang ada di
lingkungannya. Siswa diperkenalkan dengan jenis usaha, masalah yang mungkin mucul
dilatih untuk menyelesaikannya. Siswa mampu mengembangkan kemampuan, mencari
alternatif melanjutkan mengembangkan usahanya, pemecahannya dan berani untuk
mengambil keputusan.
C.
TUJUAN PENDIDIKAN KEJURUAN
Pendidikan
kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Dari
tujuan pendidikan kejuruan tersebut mengandung makna bahwa pendidikan kejuruan
di samping menyiapkan tenaga kerja yang profesional juga mempersiapkan peserta
didik untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai
dengan program kejuruan atau bidang keahlian.
Berdasarkan
pada tujuan pendidikan kejuruan di atas, maka untuk memahami filosofi
pendidikan kejuruan perlu dikaji dari landasan penyelenggaraan pendidikan
kejuruan sebagai berikut :
a. Asumsi tentang
anak didik
Pendidikan
kejuruan harus memandang anak didik sebagai individu yang selalu dalam proses
untuk mengembangkan pribadi dan segenap potensi yang dimilikinya. Pengembangan
ini menyangkut proses yang terjadi pada diri anak didik, seperti proses menjadi
lebih dewasa, menjadi lebih pandai, menjadi lebih matang, yang menyangkut
proses perubahan akibat pengaruh eksternal, antara lain berubahnya karir atau
pekerjaan akibat perkembangan sosial ekonomi masyarakat.
Pendidikan
kejuruan merupakan upaya menyediakan stimulus berupa pengalaman belajar untuk
membantu mereka dalam mengembangkan diri dan potensinya. Oleh karena itu,
keunikan tiap individu dalam berinteraksi dengan dunia luar melalui pengalaman
belajar merupakan upaya terintegrasi guna menunjang proses perkembangan diri
anak didik secara optimal. Kondisi ini tertampilkan dalam prinsip pendidikan
kejuruan “learning by doing”, dengan
kurikulum yang berorientasi pada dunia kerja.
b. Konteks sosial
pendidikan kejuruan
Tujuan
dan isi pendidikan kejuruan senantiasa dibentuk oleh kebutuhan masyarakat yang
berubah begitu pesat, sekaligus juga harus berperan aktif dalam ikut serta
menentukan tingkat dan arah perubahan masyarakat dalam bidang kejuruannya
tersebut.
Pendidikan
kejuruan berkembang sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat, melalui dua
institusi sosial. Pertama, institusi sosial yang berupa struktur pekerjaan
dengan organisasi, pembagian peran atau tugas, dan perilaku yang berkaitan
dengan pemilihan, perolehan dan pemantapan karir. Institusi sosial yang kedua,
berupa pendidikan dengan fungsi gandanya sebagai media pelestarian budaya
sekaligus sebagai media terjadinya perubahan sosial.
c.
Dimensi ekonomi pendidikan kejuruan
Hubungan
dimensi ekonomi dengan pendidikan kejuruan secara konseptual dapat dijelaskan
dari kerangka investasi dan nilai balikan (value
of return) dari hasil pendidikan kejuruan. Dalam penyelenggaraan pendidikan
kejuruan, baik swasta maupun pemerintah semestinya pendidikan kejuruan memiliki
konsekuensi investasi lebih besar daripada pendidikan umum. Di samping itu,
hasil pendidikan kejuruan seharusnya memiliki peluang tingkat balikan (rate of return) lebih cepat dibandingkan
dengan pendidikan umum. Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan dan isi
pendidikan kejuruan dirancang sejalan dengan perkembangan masyarakat, baik
menyangkut tugas-tugas pekerjaan maupun pengembangan karir peserta didik.
Pendidikan
kejuruan merupakan upaya mewujudkan peserta didik menjadi manusia produktif,
untuk mengisi kebutuhan terhadap peran-peran yang berkaitan dengan peningkatan
nilai tambah ekonomi masyarakat. Dalam kerangka ini, dapat dikatakan bahwa lulusan
pendidikan kejuruan seharusnya memiliki nilai ekonomi lebih cepat dibandingkan
pendidikan umum.
d. Konteks
Ketenagakerjaan Pendidikan Kejuruan
Pendidikan
kejuruan harus lebih memfokuskan usahanya pada komponen pendidikan dan
pelatihan yang mampu mengembangkan potensi manusia secara optimal. Meskipun
pada dasarnya hubungan antara pendidikan kejuruan dan kebijakan ketenagakerjaan
adalah hubungan yang didasari oleh kepentingan ekonomis, tetapi harus selalu
diingat bahwa hubungan penyelenggraan pendidikan kejuruan tidak semata-mata
ditentukan oleh kepentingan ekonomi.
Dalam
konteks ini diartikan bahwa pendidikan kejuruan, dengan dalih kepentingan
ekonomi, tidak seharusnya hanya mendidik anak didik dengan seperangkat skill
atau kemampuan spesifik untuk pekerjaan tertentu saja, karena keadaan ini tidak
memperhatikan anak didik sebagai suatu totalitas. Mengembangkan kemampuan
spesifik secara terpisah dari totalitas pribadi anak didik, berarti memberikan
bekal yang sangat terbatas bagi masa depannya sebagai tenaga kerja.
D.
FUNGSI PENDIDIKAN
KEJURUAN
Pendidikan
kejuruan berfungsi menyiapkan siswa menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang
mampu meningkatkan kualitas hidup, mampu mengembangkan dirinya, dan memiliki
keahlian dan keberanian membuka peluang meningkatkan penghasilan. Sebagai suatu
pendididikan khusus, pendidikan kejuruan direncanakan untuk mempersiapkan
peserta didik untuk memasuki dunia kerja, sebagai tenaga kerja produktif yang
mampu menciptakan produk unggul yang dapat bersaing di pasar global dan professional
yang memiliki kualitas moral di bidang kejuruannya (keahliannnya). Di samping
itu pendidikan kejuruan juga berfungsi mempersiapkan siswa menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Fungsi pendidikan kejuruan menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja produktif
antara lain meliputi:
a.
Memenuhi
keperluan tenaga kerja dunia usaha dan industri.
b.
Menciptakan
lapangan kerja bagi dirinya dan bagi orang lain.
c.
Merubah status
siswa dari ketergantungan menjadi bangsa yang berpenghasilan (produktif).
E.
MODEL PENDIDIKAN KEJURUAN
Berdasarkan beberapa pendapat,
terdapat beberapa Model Sistim Pendidikan Kejuruan :
a.
Model Pasar (Marketing Model)
Merupakan
sistim pendidikan yang merupakan tanggung jawab industri di jalankan sepenuhnya oleh
industri. Pada model pasar pemerintah tidak terlibat dalam proses kualifikasi
kejuruan. Model ini sering juga disebut ModelLiberal dan langsung di arahkan
pada produksi dan pasaran kerja
b.
Model Sekolah (School Model)
Merupakan
pendidikan dimana pemerintah berperan, mengorganisasikan, dan memantau
pelaksanaan pendidikan kejuruan.Model ini sering juga disebut Model Birokratik
c.
Model Sistem Ganda (Dual System)
Merupakan
perpaduan antara model pasar dan model sekolah dalam hal ini pemerintah
berperan sebagai pengawas model pasar,model ini disebut juga dual
system.
d.
Model Pendidikan Koperatif (Coopetative Education)
Merupakan
pendidikan kejuruan yang diselenggarakan bersama antara sekolah dan
perusahaan. Terbagi dalam dua macam :
-
School and Enterprise, pendidikan kejuruan yang merupakan tanggung jawab bersamaantara sekolah dan industri
-
Training
center and enterprise
e.
Information Vocational Education
Sistim pendidikan yang lahir dengan sendirinya, atas
inisiatif pribadi atau kelompok untuk memenuhi ketrampilan yang tidak
dapat dipenuhi di pendidikan formal.
F. MATERI
YANG DIAJARKAN
Secara umum materi program
pendidikan untuk program pendidikan sebagai berikut:
1. Komponen pendidikan umum (Normatif)
Yaitu untuk membentuk siswa/siswi menjadi warga
negara yang baik, memiliki watak dan kebribadian sebagai warga negara dan
bangsa Indonesia.
2. Komponen pendidikan dasar (adaptif)
Yaitu untuk memberi bekal
penunjang bagi siswa/siswi dalam penguasaan keahlian profesi dan
bekal kemampuan pengembangan diri untuk mengikuti perkembangan ilmu
danteknologi.
3. Komponen pendidikan dan pelatihan kejuruan
Yaitu materi yang berkaitan
dengan pembentukan keahlian siswa/siswi terutama di bidang multi media.
Selanjutnya komponen pendidikan dan pelatihan kejuruan ini dibagi lagimenjadi :
-
Teori Kejuruan, yaitu untuk membekali pengetahuan
siswa dan siswi tentang teori kejuruandi bidang multi media
-
Praktek Dasar Kejuruan, yakni berupa latihan dasar untuk
menguasai teknik bekerjasecara baik dan benar sesuai dengan persyaratan
keahlian profesi
-
Praktek Keahlian Produktif, berupa kegiatan praktek secara
langsung dan terprogramdalam situasi yang
sebenarnya untuk mencapai keahlian dan sikap kerja professional.
G.
TUNTUTAN PERKEMBANGAN
PENDIDIKAN KEJURUAN
Perkembangan
teknologi menuntut adanya perkembangan pula pada pendidikan kejuruan, karena
saat ini tatanan kehidupan pada umumnya dan tatanan perekonomian pada khususnya
sedang mengalami pergeseran paradigma ke arah global. Pergeseran ini akan
membuka peluang kerja sama antar Negara semakin terbuka dan di sisi lain,
persaingan antar Negara semakin ketat. Untuk meningkatkan kemampuan persaingan
dalam perdagangan bebas, diperlukan serangkaian kekuatan daya saing yang
tangguh, antara lain kemampuan manajemen, teknologi dan sumber daya manusia.
Sumber daya manusia merupakan sumber daya aktif yang dapat menentukan
kelangsungan hidup dan kemenangan dalam persaingan suatu bangsa.
Pendidikan
memiliki peran yang sangat strategis dalam mewujudkan sumber daya manusia yang
tangguh untuk menghadapi persaingan bebas. Termasuk pendidikan kejuruan yang
menyiapkan peserta didik atau sumber daya manusia yang memiliki kemampuan kerja
sebagai tenaga kerja menengah sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan dunia
industri. Oleh karena itu sesuai dengan tuntutan perkembangan pendidikan
kejuruan, maka perlu adanya pembaharuan pendidikan dan pelatihan kejuruan di
SMK untuk masa depan.
1.
Tuntutan
peserta didik
Pendidikan
kejuruan memiliki peran untuk menyiapkan peserta didik agar siap bekerja, baik
bekerja secara mandiri (wiraswasta) maupun mengisi lowongan pekerjaan yang ada.
SMK sebagai salah satu institusi yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu
menghasilkan lulusan sebagaimana yang diharapkan dunia kerja. Tenaga kerja yang
dibutuhkan adalah sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan
bidang pekerjaannya, memiliki daya adaptasi dan daya saing yang tinggi. Atas
dasar itu, pengembangan kurikulum dalam rangka penyempurnaan pendidikan
menengah kejuruan harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan dunia kerja.
Tuntutan
peserta didik dan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja perlu
dijadikan sumber pijakan di dalam merumuskan tujuan pendidikan kejuruan.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan
sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan Pasal 15 UU SISDIKNAS, merupakan
pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja
dalam bidang tertentu, yang dirumuskan dalam tujuan umum dan tujuan khusus
sebagai berikut.
2.
Tuntutan
menjawab kebutuhan masyarakat
Ditinjau
dari perspektif perkembangan kebutuhan pembelajaran dan aksesibilitas duia
usaha/industri, sekurang-kurangnya tiga dimensi pokok yang menjadi tantangan
bagi SMK, baik dalam konteks regional maupun nasional, diantaranya :
a.
Implementasi program pendidikan dan
pelatihan harus berfokus pada pendayagunaan potensi sumber daya lokal, sambil
mengoptimalkan kerjasama secara intensif dengan institusi pasangan.
b.
Pelaksanaan kurikulum harus berdasarkan
pendekatan yang lebih fleksibel sesuai dengan trend perkembangan dan kemajuan
teknologi agar kompetensi yang diperoleh peserta didik selama dan sesudah
mengikuti program diklat, memiliki daya adaptasi yang tinggi.
c.
Program pendidikan dan pelatihan
sepenuhnya harus berorientasi mastery
learning (belajar tuntas) dengan melibatkan peran aktif – partisipatif para
stakeholders pendidikan, termasuk
optimalisasi peran Pemerintah Daerah untuk merumuskan pemetaan kompetensi ketenagakerjaan
di daerahnya sebagai input bagi SMK dalam penyelenggaraan diklat berkelanjutan.
3.
Tuntutan
pengelolaan pendidikan kejuruan
Tuntutan
pengelolaan pada pendidikan kejuruan harus sesuai dengan kebijakan link and match, yaitu perubahan dari
pola lama yang cenderung berbentuk pendidikan demi pendidikan ke suatu yang
lebih terang, jelas dan konkrit menjadi pendidikan kejuruan sebagai program
pengembangan sumber daya manusia. Dimensi pembaharuan yang diturunkan dari
kebijakan link and match, yaitu :
a.
Perubahan dari pendekatan Supply Driven
ke Demand Driven
Dengan
deman driven ini mengharapkan dunia
usaha dan dunia industri atau dunia kerja lebih berperan di dalam menentukan,
mendorong dan menggerakkan pendidikan kejuruan, karena mereka adalah pihak yang
lebih berkepentingan dari sudut kebutuhan tenaga kerja. Dalam pelaksanaannya,
dunia kerja ikut berperan serta karena proses pendidikan itu sendiri lebih
dominan dalam menentukan kualitas tamatannya, serta dalam evaluasi hasil
pendidikan itupun dunia kerja ikut menentukan supaya hasil pendidikan kejuruan
itu terjamin dan terukur dengan ukuran dunia kerja.
Sebagai
salah satu bentuk penerapan prinsip demand
driven, maka dalam pengembangan kurikulum SMK harus melakukan sinkronisasi
kurikulum yng direalisasikan dalam program Pendidikan Sistem Ganda (PSG).
Dengan melakukan sinkronisasi kurikulum, penyelengaraan pembelajaran di SMK
diupayakan sedekat mungkin dengan kebutuhan dan kondisi dunia kerja/industri,
serta memiliki relevansi dan fleksibilitas tinggi dengan tuntutan lapangan.
Melalui sinkronisasi kurikulum ini, diharapkan sekolah dapat membaca keahlian
dan performansi apa yang dibutuhkan dunia usaha atau industri untuk dapat
dimasuki oleh lulusan SMK.
b. Perubahan
dari pendidikan berbasis sekolah (School Based Program) ke sistem berbasis
ganda (Dual Based Program)
Perubahan
dari pendidikan berbasis sekolah, ke pendidikan berbasis ganda sesuai dengan
kebijakan link and match,
mengharapkan supaya program pendidikan kejuruan itu dilaksanakan di dua tempat.
Sebagian program pendidikan dilaksanakan di sekolah, yaitu teori dan praktek
dasar kejuruan, dan sebagian lainnya dilaksanakan di dunia kerja, yaitu
keterampilan produktif yang diperoleh melalui prinsip learning by doing. Pendidikan yang dilakukan melalui proses bekerja
di dunia kerja akan memberikan pengetahuan keterampilan dan nilai-nilai dunia
kerja yang tidak mungkin atau sulit didapat di sekolah, antara lain pembentukan
wawasan mutu, wawasan keunggulan, wawasan pasar, wawasan nilai tambah, dan
pembentukan etos kerja.
c. Perubahan
dari model pengajaran yang mengajarkan mata-mata pelajaran ke model pengajaran
berbasis kompetensi
Perubahan
ke model pengajaran ke berbasis kompetensi, bermaksud menuntun proses
pengajaran secara langsung berorientasi pada kompetensi atau satuan-satuan
kemampuan. Pengajaran berbasis kompetensi ini sekaligus memerlukan perubahan
kemasan kurikulum kejuruan ke dalam kemasan berbentuk paket-paket kompetensi.
d. Perubahan
dari program dasar yang sempit (Narrow Based) ke program dasar yang mendasar,
kuat dan luas (Broad Based)
Kebijakan
link and match menuntut adanya pembaharuan, mengarah kepada pembentukan dasar
yang mendasar, kuat dan lebih luas. Sistem baru yang berwawasan sumberdaya
manusia, berwawasan mutu dan keunggulan menganut prinsip, bahwa : tidak mungkin
membentuk sumberdaya manusia yang berkualitas dan yang memiliki keunggulan,
kalau tidak diawali dengan pembentukan dasar yang kuat. Dalam rangka penguatan
dasar ini, maka peserta didik perlu diberi bekal dasar yang berfungsi untuk membentuk
keunggulan, sekaligus beradaptasi terhadap perkembangan IPTEK, dengan
memperkuat penguasaan matematika, IPA, Bahasa Inggris dan Komputer. Sistem baru
ini harus memberi dasar yang lebih luas tetapi kuat dan mendasar, yang
memungkinkan seseorang tamatan SMK memiliki kemampuan menyesuaikan diri
terhadap kemungkinan perubahan pekerjaan.
e. Perubahan
dari sistem pendidikan formal yang kaku, ke sistem yang luwes dan menganut
prinsip multy entry, multy exit
Dengan
adanya perubahan dari supply driven ke demand driven, dari schools based
program ke dual based program, dari model pengajaran mata pelajaran ke program
berbasis kompetensi; diperlukan adanya keluwesan yang memungkinkan pelaksanaan
praktek kerja industri dan pelaksanaan prinsip multy entry multy exit. Prinsip
ini memungkinkan peserta didik SMK yang telah memiliki sejumlah satuan
kemampuan tertentu (karena program pengajarannya berbasis kompetensi),
mendapatkan kesempatan kerja di dunia kerja, maka peserta didik tersebut
dimungkinkan meninggalkan sekolah. Dan kalau peserta didik tersebut ingin masuk
sekolah kembali menyelesaikan program SMK nya, maka sekolah harus membuka diri
menerimanya, dan bahkan menghargai dan mengakui keahlian yang diperoleh peserta
didik yang bersangkutan dari pengalaman kerjanya. Di samping itu, sistem
program berbasis ganda juga memerlukan pengaturan praktek kerja di industri
sesuai dengan aturan kerja yang berlaku di industri yang tidak sama dengan
aturan kalender belajar di sekolah.
f. Perubahan
dari sistem yang tidak mengakui keahlian yang telah diperoleh sebelumnya, ke
sistem yang mengakui keahlian yang diperoleh dari mana dan dengan cara apapun
kompetensi itu diperoleh (Recognition of prior learning)
Sistem
baru pendidikan kejuruan harus mampu memberikan pengakuan dan penghargaan
terhadap kompetensi yang dimiliki oleh seseorang. Sistem ini akan memotivasi
banyak orang yang sudah memiliki kompetensi tertentu, misalnya dari pengalaman
kerja, berusaha mendapatkan pengakuan sebagai bekal untuk pendidikan dan
pelatihan berkelanjutan. Untuk ini SMK perlu menyiapkan diri sehingga memiliki
instrument dan kemampuan menguji kompetensi seseorang darimana dan dengan cara
apapun kompetensi itu didapatkan.
g. Perubahan
dari pemisahan antara pendidikan dengan pelatihan kejuruan, ke sistem baru yang
mengintegrasikan pendidikan dan pelatihan kejuruan secara terpadu
Program
baru pendidikan yang mengemas pendidikannya dalam bentuk paket-paket kompetensi
kejuruan, akan memudahkan pengakuan dan penghargaan terhadap program pelatihan
kejuruan dan program pendidikan kejuruan. Sistem baru ini memerlukan
standarisasi kompetensi, dan kompetensi yang terstandar itu bisa dicapai
melalui program pendidikan, program pelatihan atau bahkan dengan pengalaman
kerja yang ditunjang dengan inisiatif belajar sendiri.
h. Perubahan
dari sistem terminal ke sistem berkelanjutan
Sistem
baru tetap mengharapkan dan mengutamakan tamatan SMK langsung bekerja, agar
segera menjadi tenaga produktif, dapat memberi return atas investasi SMK.
Sistem baru juga mengakui banyak tamatan SMK yang potensial, dan potensi
keahlian kejuruannya akan lebih berkembang lagi setelah bekerja. Terhadap
mereka ini diberi peluang untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi (misalnya program Diploma), melalui suatu proses artikulasi
yang mengakui dan menghargai kompetensi yang diperoleh dari SMK dan dari
pengalaman kerja sebelumnya.
Untuk
mendapatkan sistem artikulasi yang efisien diperlukan “program antara”
(bridging program) guna memantapkan kemampuan dasar tamatan SMK yang sudah berpengalaman
kerja, supaya siap melanjutkan ke program pendidikan yang lebih tinggi.
i.
Perubahan dari manajemen terpusat ke
pola manajemen mandiri (prinsip desentralisasi)
Pola
baru manajemen mandiri dimaksudkan memberi peluang kepada propinsi dan bahkan sekolah
untuk menentukan kebijakan operasional, asal tetap mengacu kepada kebijakan
nasional. Kebijakan nasioanl dibatasi pada hal-hal yang bersifat strategis,
supaya memberi peluang bagi para pelaksana di lapangan berimprovisasi dan
melakukan inovasi. Proses pendewasaan SMK perlu ditekankan, untuk menumbuhkan
rasa percaya diri sekolah melakukan apa yang baik menurut sekolah, dengan
prinsip akuntabilitas (accountability) yang secara taat azas memberikan
penghargaan kepada mereka yang pantas dihargai, dan menindak mereka yang pantas
ditindak.
j.
Perubahan dari ketergantungan sepenuhnya
dari pembiayaan pemerintah pusat, ke swadana dengan subsidi pemerintah pusat
Sejalan
dengan prinsip demand driven, dual based program, pendewasaan manajemen
sekolah, dan pengembangan unit produksi sekolah, sistem baru diharapkan dapat
mendorong pertumbuhan swadana pada SMK, dan posisi lokasi dana dari pemerintah
pusat bersifat membantu atau subsidi. Sistem ini juga diharapkan mampu
mendorong SMK berpikir dan berperilaku ekonomis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada perubahan tuntutan dunia kerja
terhadap sumber daya manusia yang dibutuhkan,
oleh karena itu pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan harus bisa
mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sehingga mampu memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik sesuai dengan
standar kompetensi dan tuntutan dunia usaha dan dunia industri.
1. Apa
yang dimaksud dengan pendidikan
kejuruan
?
Menurut Undang
– Undang No.20 tentang Sistim Pendidikan Nasional: Pendidikan kejuruan merupakan
pendidikan yang mempersiapkan perserta didik untuk dapat berkerja dalam
bidang tertentu. Atau yang lebih spesifik dalam Peraturan Pemerintah No.29 tahun 1990 tentang pendidikan menengah yaitu : pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan
kemampuan siswa untuk pelaksanaan jenis pekerjaan tertentu. Dari defenisi di atas dapat
disimpulkan pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta
didiknya untuk memasuki lapangan kerja.
2. Apa Tujuan pendidikan kejuruan ?
Pendidikan kejuruan
bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Dari tujuan
pendidikan kejuruan tersebut mengandung makna bahwa pendidikan kejuruan di
samping menyiapkan tenaga kerja yang profesional juga mempersiapkan peserta
didik untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai
dengan program kejuruan atau bidang keahlian.
3. Bagaimana Hakikat atau hiraki dari pendidikan kejuruan ?
a. Education for Democracy
(John Dewey), aliran democracy
“pendidikan sebagai sarana demokrasi”
b. Education for earning money for irfe
(Charles Prosser), aliran social
efficiency pendidikan bagi para siswa yang ingin mengembangkan karier untuk
bekerja setelah lulus
c. Education for all
(Paulo Freire) konsep “Life long
education” (pendidikan seumur hidup).
4. Apa Fungsi dari pendidikan kejuruan ?
Pendidikan kejuruan
berfungsi menyiapkan siswa menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang mampu
meningkatkan kualitas hidup, mampu mengembangkan dirinya, dan memiliki keahlian
dan keberanian membuka peluang meningkatkan penghasilan.
5. Apa tuntutan pendidikan kejuruan ?
a. Tuntutan peserta didik
Pendidikan kejuruan
memiliki peran untuk menyiapkan peserta didik agar siap bekerja, baik bekerja
secara mandiri (wiraswasta) maupun mengisi lowongan pekerjaan yang ada.
b.
Tuntutan
menjawab kebutuhan masyarakat
Ditinjau
dari perspektif perkembangan kebutuhan pembelajaran dan aksesibilitas duia
usaha/industri, sekurang-kurangnya tiga dimensi pokok yang menjadi tantangan
bagi SMK, baik dalam konteks regional maupun nasional.
c. Tuntutan pengelolaan pendidikan
kejuruan
Tuntutan pengelolaan pada
pendidikan kejuruan harus sesuai dengan kebijakan link and match, yaitu perubahan dari pola lama yang cenderung
berbentuk pendidikan demi pendidikan ke suatu yang lebih terang, jelas dan
konkrit menjadi pendidikan kejuruan sebagai program pengembangan sumber daya
manusia.
B. Saran
Untuk
para pengguna yang masih belum mengetahui cara, fasilitas, dan manfaat dari
pengguna harus mencari informasinya dari berbagai sumber. Salah satunya yaitu
sumber bacaan yang juga sangat berguna untuk pengetahuan. Di dalam internet
banyak terdapat informasi yang tidak seharusnya diketahui oleh remaja, bahkan
dapat merusak hidup mereka. Oleh karena itu, sebaiknya informasi yang seperti
itu tidak diikuti, dan ambillah segi positif dari penggunaan internet yang sebenarnya.